Singing Hatsune Miku
Posted by : Wahyu Dwi Prasetyo Juni 01, 2014



Aku memang tidak pernah tahu apa itu JATUH CINTA setelah aku meninggalkan cintaku. Begitupun dengan apa yang aku rasakan, telah lama aku kehilangan rasa. Hingga ku tersadar dari keterpurukanku. Aku benar benar merasakan JATUH CINTA, terasa setelah aku meninggalkannya. Aku JATUH CINTA padanya!

***

“Hmm..” Suara desahan papa yang menghancurkan keheningan di meja makan.

Papa mulai membuka suara, “Kita akan pindah ke Jogja.”
“Apa kita akan pindah ke Jogja?” Tanyaku dengan mata mendelik.
“Iya, karena papa akan pindah tugas kesana, kira-kira 4 hari lagi”
“Aku tidak setuju!” Kutinggalkan meja makan dan pergi menuju kamar. Kurasa nafsu makanku sudah hilang.
Ada beberapa hal kenapa aku tidak setuju untuk pindah ke Jogja. Salah satunya karena Dia, Namanya Arcan, dia kakak kelasku dan aku menyukainya dari 3 tahun lalu. Dari 3 tahun yang lalu juga dia tak mengetahui perasaanku. Yah, dia tampan, pintar, atletis, dingin, dan mungkin juga pendiam. Aku mengenalnya, tapi tak terlalu dekat. Kita hanya saling berbicara jika sedang rapat di OSIS itupun hanya sebentar.

Tok...tok..tok.. suara ketukan pintu kamarku yang menyadarkanku dari lamunanku.
“Masuk.” Kataku tak semangat, aku tau kalau tidak Papa pasti Mama. Ternyata Mama, dan Mama mulai memasuki kamarku serta duduk disampingku.
“Mama tau, Ini tak mudah untukmu tapi Mama mohon mengertilah. Ini untuk kebaikan kita semua, Papa juga sudah menyiapkan sekolah yang lebih bagus daripada sekolahmu yang sekarang.” Katanya sambil mengelus rambutku.
“Ma, aku tau tapi kenapa secepat ini 4 hari lagi?”
“Sebenarnya Papa sudah diberi tau oleh atasannya dari sebulan yang lalu. Mama dan Papa tau kau tak akan setuju. Jadi, kami putuskan untuk mengabarimu secepat ini.”

Aku tak menjawab aku hanya menggelengkan kepalaku.
“Tiwi, Mama harap kau bisa lebih dewasa.” Katanya sambil meninggalkanku di kamar.
***

Hari ini OSIS berencana untuk mengadakan bakti sosial. Jadi, sepulang sekolah anak-anak OSIS dilarang pulang dan membagikan makanan kepada orang yang dianggap kurang mampu yang mereka temui di jalan. Kita dibagi dalam beberapa kelompok.
“Wi, kamu kelompokan sama Arcan. Soalnya yang lain udah pas tinggal kalian berdua aja.” Kata Anit. Hah! Apa aku kelompokan sama dia. Ini bukan mimpikan. “Gimana? Jangan bengong dong!” Lanjutnya.
“Eh, iya terserah deh!”

Sungguh hari yang indah aku dan dia bersama-sama membagikan makanan. Kurasa dia tak sedingin yang kukira dia baik dan perhatian. Sempat berkali-kali dia menanyakan apakah aku capek dan perlu istirahat? Tapi aku menolaknya karena kurasa aku belum capek untuk bersama dengannya.
“Kita duduk di taman itu aja ya! Kamu kesana duluan aja” Ucapnya sambil menunjuk ke taman itu. Aku mengangguk. Dia pergi, tak lama kemudian dia kembali dengan membawa dua gelas es teh.
“Ini untukmu.” Ucapnya sambil tersenyum memberikan satu gelas untukku.
“Terimakasih” Kubalas senyumnya.
“Makasih ya udah nemenin aku membagi makanan tadi.”
“Loh, bukannya ini tugas. Jadi, kewajibanku juga kan buat nemenin kakak.”

Dia tersenyum sambil memandangku saat mendengar jawabanku tadi. Jujur aku menjadi salah tingkah sendiri.
“Kamu sok bijak ya! Udah gitu salting lagi.” Ucapnya sambil melirik kearahku.
“Ih..kamu nyebelin ya! Lagian siapa coba yang salting?”
“Ciye.. ciye.. marah. Kamu cantik deh kalo lagi marah!”
“Apaan sih! Udahlah aku pulang aja.”
“Yah.. ngambek ya udah sana pulang.”
“Ya anterin dong! Masak aku pulang sendiri. Naik apa coba?”
“Kamu lucu ya! Iya deh aku anterin tuan putri.”
Malam harinya Mama dan Papa mengajakku pergi ke rumah atasan Papa untuk dinner. Aku memakai kaos dan celana jeans seperti biasa tapi Mama sungguh tak ingin melihatku memakai kaos ini. Mama memilihkan dress yang tak pernah kupakai sebelumnya. Mama juga mendadaniku dengan lipstick yang membuat bibirku lebih tebal dari biasanya. Sebenarnya aku risih tapi untuk Mama apa boleh buat.

Sesampainya disana kami disambut baik oleh keluarga Om Fauzi tapi sungguh tak ku sangka Kak Arcan anaknya atasan Papa.
“Kenalkan ini Arcan anak saya.” Kata Om Fauzi sambil merangkul Kak Arcan.
“Dan kenalkan Pak ini putri saya namanya Tiwi.” Balas Papa. Saat ku melirik ke Kak Arcan dia seperti seseorang yang sedang menahan tawa.
“Arcan, kenapa dari tadi kamu senyam-senyum seperti itu kamu udah kenal sama Tiwi?” Tanya Om Fauzi.
“Udah, Pa. Tiwi ini adik kelasnya Arcan.”
“Oh, baguslah kalau begitu mari kita mulai makan malamnya.”

Saat makan malam Kak Arcan duduk bersebrangan denganku terlihat jelas jika dia sedang menahan tawanya. Apalagi setelah aku melototkan mataku agar dia berhenti senyam-senyum tapi usahaku sia-sia dia tetap senyam-senyum tak jelas.
“Bagaimana kalau kita bicarakan keperluan kita di ruang tamu?” Ucap Om Fauzi setelah selesai makan malam. Setelah itu, ku lihat Kak Arcan membisikkan sesuatu kepada Om Fauzi dan Om Fauzi hanya mengangguk. Tiba-tiba Kak Arcan berjalan ke arahku dan menggandeng tanganku, kurasa jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya. Dia mengajakku duduk di pinggir kolam renang rumahnya.
“Ngapain kamu dari tadi senyam-senyum?” Tanyaku sewot. Dia malah tertawa. Disela-sela tertawanya dia berusaha menjawab pertanyaanku.
“Kamu beneran kayak tuan putri deh malam ini.”
“Aku aneh ya pake baju kayak gini? Sebenernya aku nggak mau pake baju ini tapi Mama yang milihin dan lipstick ini bikin bibirku tambah tebel!” Ucapku sambil menghilangkan lipstick yang ada dibibirku.
“Eits, Jangan dihapus dong! Kamu nggak aneh kok kamu cantik.” Katanya sambil memegang tanganku yang berusaha menghapus lipsticknya.
“Udah nggak usah ngerayu.”
“Siapa yang ngerayu ini dari hati tau! Oh, Iya kapan kamu pindah ke Jogja.” Sungguh aku agak terkesima mendengar kalimatnya.
“3 hari lagi.”
Kulihat dia seperti sedang berfikir jadi suasana agak hening. Tapi untungnya percakapan orangtua kami sudah selesai. Jadi mereka memanggilku dan mengajakku pulang.
***

Pagi ini aku mau sekolah tapi aku merasa sangat semangat tak tau kenapa? Seperti ada energi baru.
“Tiwi, makannya agak cepetan ya udah ada temen kamu yang mau ngajak berangkat sekolah bareng.” Kata Mama. Temen sekolah? Siapa kayaknya dari dulu nggak pernah ada deh orang yang ngajakin aku berangkat sekolah bareng. Saat ku keluar dari rumah kulihat Kak Arcan sudah bertengger di motornya.
“Hei! Ngapain kamu jemput-jemput aku segala?”
“Oh, nggak boleh ya udah deh! Aku berangkat sendiri aja.”
“Eh, jangan dong! Mubazir tau udah disini lama-lama gak dapet hasil” balasku sambil cekikikan.
Mulai hari ini aku berangkat sekolah dengan Kak Arcan banyak gosip yang bilang jika aku berpacaran dengannya dan aku hanya bisa jawab “AMIN.”

Sepulang sekolah Kak Arcan mengajakku ke sebuah taman yang letaknya tak jauh dari sekolah.
“Cewek yang sedang duduk disana itu mantanku.” Katanya sambil menunjuk seorang gadis yang cantik menurutku. “Namanya Bella.” Lanjutnya.
“Lalu? Kau masih mencintainya?” Kataku iseng sambil mengerutkan dahi.
“Tidak, aku tidak mencintainya tapi aku menyayanginya.” Kurasa ada sebuah bom waktu yang meledak dan mengenaiku, dadaku terasa sesak mendengar apa yang dia katakan.
“Aku berpacaran dengannya selama 2 tahun dan sampai sekarang aku belum bisa melupakannya.”
“Kau sudah mengajaknya untuk berbalikan.”
“Sudah, tapi dia akan menjawab 2 hari lagi saat kau pindah ke Jogja.”
“Kenapa kau tak pilih saja salah satu dari fansmu untuk menjadi pacarmu? Fansmu kan banyak malahan kau bisa memilih model apapun yang kau mau atau bahkan lebih baik darinya.”
“Kurasa tak ada wanita yang lebih baik darinya.”

Yah, kurasa sudah jelas semuanya Kak Arcan tak menyukaiku dan dia sedang menunggu seseorang yang ada disana. Ternyata aku hanya bisa mengaguminya tanpa harus memilikinya.
“Kak Arcan aku pulang ya?” Kulihat dia hanya mengangguk dan aku segera pergi meninggalkannya.
“Hei! Kau tidak menyuruhku untuk mengantarmu pulang.” Teriaknya.
“Nggak usah, aku bisa pulang sendiri.”
“Hei! Tunggu tunggu tunggu..” Ucapnya sambil berusaha menghentikanku. “Kau yakin? Kau kenapa? Kau menangis.” Tanyanya sambil memegang salah satu tanganku.
“Tidak, Aku hanya mempunyai masalah dengan kedua mataku.” Jawabku sambil tersenyum untuk menutupi kesedihanku.
“Aku antar kau pulang ya!” Ucapnya sambil menggandengku dan aku hanya mengangguk.
Perasaanku sedang campur aduk sekarang, aku ingin menangis rasanya. Jadi, 3 tahun menunggu itu sia-sia aku memang bodoh harusnya aku sadar dari awal jika dia tak mungkin menyukaiku. Lihat saja aku, aku punya kelebihan apa? Jika dibandingkan dengan Kak Bella aku tak punya apa-apa.

Semenjak hari itu aku mulai menjauh dari Kak Arcan. Aku cepat-cepat berangkat pagi sekali agar aku tak berangkat dengannya. Tapi dia malah datang ke kelasku dan membuat gosip sekolah semakin menguat.
“Kenapa kau berangkat duluan sebelum aku menjemputmu?” Katanya sambil duduk di kursi depanku.
“Tadi ada tugas dan harus ngumpulin pagi aku takut telat makanya aku berangkat sendiri.” Jawabku sambil tersenyum kecil kurasa aku memang masih sedih.
“Kau sedang ada masalah? Kulihat kau tak seperti biasanya. Biasanya kau kelebihan energi.”
“Tidak aku tidak ada masalah.”
“Kalau kau ingin bercerita cerita saja aku bersedia untuk mendengarkanmu.”
“Bisakah kau pergi dari sini? Aku ingin sendiri.” Kupalingkan wajahku darinya karena kurasa kedua mataku sedang berkaca-kaca.
“Baiklah aku pergi. Tapi, asal kau tau kau tak sekuat seperti yang kau kira.” Ucapnya sambil meninggalkanku.
***

Ini hari terakhirku untuk berada di kota ini, pagi ini aku sengaja tak berangkat sekolah untuk membereskan barang-barang yang akan dibawa ke Jogja. Yah, aku sudah ikhlas untuk apapun yang terjadi nantinya aku juga menitipkan sebuah surat untuk Kak Arcan. Karena aku tak sanggup jika harus berbicara langsung dengannya.

Buat Kak Arcan
Mungkin kau kira aku kuno atau aneh kenapa aku harus mengirimkan surat ini kenapa aku tak bebicara kepadamu langsung saja? Kurasa aku tak terlalu mempunyai banyak nyali untuk mengatakan hal ini padamu.
Ada satu hal yang ingin ku sampaikan tapi kau jangan tertawa ya!

Aku iri sama Kak Bella, aku ingin aku menjadi dirinya meskipun itu hanya 1 hari. Aku ingin disayangi olehmu meskipun itu hanya 1 hari. Mungkin sekarang kau tak mengerti apa yang ku maksud oke deh langsung aja! Aku JATUH CINTA padamu dari 3 tahun yang lalu. Tapi kau hancurkan semua harapanku saat kau bilang padaku jika kau menyayangi Kak Bella dan kau sedang menunggunya. Aku tak berharap kau bisa memiliki perasaan yang sama untukku tapi aku hanya ingin kau mengetahuinya dan menyadarinya.
Terimakasih untuk beberapa hari yang lalu karena kau telah membuat hari-hariku begitu indah. Jika kau berhasil bersatu kembali dengan Kak Bella satu permintaanku jaga hubungan kalian baik-baik dan jangan sakiti dia ya! Selamat tinggal. Jaga dirimu baik-baik.
Tiwi

Aku telah belajar banyak hal, nggak semua yang kita inginkan harus menjadi milik kita. Yang aku tau jika dia bahagia aku juga akan merasakannya. Entahlah.. apa Kak Arcan berjodoh dengan Kak Bella. Tapi, jika dia berjodoh denganku aku yakin kita akan bertemu lagi. Kalaupun tidak, pasti Tuhan telah menyiapkan seseorang yang lebih baik darinya khusus untukku.

The hardest thing to do is watch
The one you love, love somebody else.

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © 2013 Everlasting - Hatsune Miku - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -